Ada sebuah pepatah Jawa yang menyatakan bahwa ‘ajining raga saka busana'. Pepatah tersebut bermakna bahwa kemuliaan diri kita tergantung pada pakaian yang kita kenakan. Tidak harus mahal namun harus sesuai dengan estetika. Artinya menyesuaikan kondisi di mana kita berada serta dengan siapa kita berhadapan. Pepatah lain mengatakan ‘cinta pada pandangan pertama’. Sering kita menilai orang lain dari pandangan pertama saat berjumpa, di mana yang kita lihat pertama kali penampilan seseorang dari ujung rambut sampai ujung kaki. Meski sejatinya penilaian itu sering keliru dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Namun setidaknya, itu menunjukkan bahwa penampilan bisa mengubah cara pandang dan penilaian seseorang terhadap kita.

Jadi, jika berkunjung ke sebuah lembaga binaan maka hendaknya seorang Penilik harus mengenakan pakaian yang sopan dan menawan yang nyaman dipandang orang dan tidak terlalu mencolok perhatian. Tampakan kepada para guru maupun peserta didik bahwa kita adalah Penilik yang bisa dijadikan contoh dalam memilih pakaian.

Pepatah Jawa lain menyatakan, ‘ajining diri saka lathi'. Itu memiliki makna bahwa harga diri tergantung dari ucapan yang keluar dari mulut kita. Oleh karena itu, kita sebagai Penilik harus menjaga ucapan dan nada suara kita dengan bertutur kata yang baik, sopan, tidak menyinggung perasaan, dan mengandung muatan positif dalam setiap kalimat yang dilontarkan. Karena setiap kalimat yang kita sampaikan didengarkan, dicermati, bahkan mungkin dicatat oleh mereka yang berhadapan dengan kita. Oleh karena itu, tahan dan jangan keluarkan kata-kata yang dapat menyakiti hati dan menyinggung perasaan. Karena begitu terluka hatinya, mereka akan mendengarkan tetapi namun hanya sekadar masuk kuping kanan lalu keluar kuping kiri. Ucapan kita tidak membekas di hati dan pikiran apalagi sampai mau menerapkan apa yang kita sampaikan.

Tingkah laku, gerakan, dan ucapan kita mengandung pesan di mana setiap yang berhadapan dengan kita akan merasakan aura positif atau negatif dari kehadiran dan keberadaan kita. Gerak-gerik yang kita keluarkan dapat menjadi energi dan magnet bagi para guru juga anak‐anak kita. Pilihan kita harus menjadi Penilik yang menyenangkan bukan menakutkan. Penilik yang berpenampilan menawan bukan yang urakan. Penilik yang bertutur sapa yang sopan bukan yang menyebalkan.

0 comments:

Posting Komentar